~Sepuluh~

~Sepuluh~
Commemorating God’s faithfulness in Student Ministry


Jam menunjukkan 8.44 pm pada tanggal 24 September 2008. 3 hours and 15 minutes to go before the next day comes. A day similar to any other day, but yet it is still a special day and a day which will set a milestone towards this ministry. Pikiranku kembali melayang mengingat kembali kesetiaan Tuhan dalam pelayanan yang dia pasrahkan ke orang-orang yang dipasrahkan visi itu. Membayangkan 10 tahun yang lalu, usaha melayani mahasiswa Indonesia dimulai.


Weaving threads of blessings and memory


 
It started with two Indonesians. Now, currently we are cultivating over 250 Indonesian students in five campuses, with numerous graduates working in various fields. On the first fellowship, there were around 15 students. Now, we are having more than 100 students in NTU only. Orang-orang datang dan pergi, mahasiswa, associate staff worker ataupun staff worker alike. After all, this is a dynamic movement. But God provides those who He calls to work in His field. One of the two may be not with us anymore now, and the other will one day go. Tetapi visi yang sudah Tuhan serahkan kepada mereka, tertanam dalam orang-orang yang nantinya akan melanjutkan pelayanan ini.

Visi yang mulanya masih belum terlalu terbentuk dalam kalimat yang baku, lalu berkembang dan muncul kata-kata seperti ”tinggi iman, tinggi ilmu, tinggi pengabdian” dan diikuti dengan kata ”bagi kemuliaan Allah secara global” dilanjutkan dengan penyederhanaan kalimat-kalimat tersebut menjadi kalimat visi yang kita kenal saat ini. Visi itu terus digumulkan, terus ditantang dan terus diteguhkan sesuai dengan perkembangan jaman dan trend di dunia pelayanan mahasiswa- and yet, we find that it is indeed still relevant after ten years. Menumbuhkembangkan pemimpin-pemimpin yang serupa dengan Kristus yang berperan strategis di tengah kampus, gereja, masyarakat, bangsa dan Negara bagi kemuliaan Allah. Yea, it is still relevant.

Student leaders come and go. Ten executive committees’ and sub committees’ sweats and tears marked the pathways that we thread together as a fellowship. Bermacam-macam orang telah menjalankan pelayanan ini dan lulus. Beberapa masih ada di kampus baik sebagai mahasiswa ataupun postgraduates, dan beberapa masih sedang menjalankan persekutuan ini. Gejolak-gejolak dan kebahagiaan silih berganti mewarnai perjalanan ISCF di NTU, dan tentu saja FESIM.

Terbayang saat-saat dimana kita bisa menjalankan prinsip interdenominasi kita, terbayang saat-saat prinsip itu ngga bisa kita jalankan. Teringat belasan jam yang dispend setiap tahunnya untuk menentukan arah pelayanan untuk setaun kedepan sampai muncul anggapan bahwa kita ’gali lubang tutup lubang’. Terngiang saat-saat indah, tawa canda dan kenangan manis yang terasa pada saat bersekutu. Bersedih dan malu mengingat kesalahan-kesalahan yang dilakukan dan diulang oleh beberapa orang. Bersyukur, melihat orang dibawa kembali kepada Tuhan dan bertumbuh menjadi pemimpin yang serupa dengan Kristus.

Sepuluh adalah angka yang patut disyukuri dan diperingati. Sepuluh bisa juga menjadi tidak punya arti bagi orang-orang yang tidak mensyukurinya. Berartikah sepuluh itu buat teman-teman? Apakah arti sepuluh itu bagi teman-teman? Ataukah kita sudah menjadi ignorant untuk bahkan memikirkan bahwa sepuluh ini berdiri berdasarkan visi Tuhan?

Are we taking it for granted?

Kejatuhan visi bukan terjadi pada saat yang menjalankan jatuh. Kejatuhan visi terjadi pada saat orang yang menjalankan visi itu kehilangan visi itu sendiri. Persekutuan dan KTB menjadi tanpa arti kalau dijalankan tidak dengan visi dan tujuan. Misi tidak akan terwujud tanpa orang yang rindu untuk mengejar visi itu dan berkorban bagi pencapaian visi tersebut. Kegiatan dan program tak lebihnya adalah alat untuk mencapai visi itu. Tapi pertanyaannya, seberapa pentingkah visi itu bagi kita? Sudahkah kita menghidupinya? Are we living it, or just take it for granted?

Kegiatan dan program eventually akn jadi tradisi. Pertanyaannya, tepatkah itu dijalankan pada konteksnya? Or is it the system that is obstructing us to achieve that vision? Let us look back and think. Think. Seberapa dari kita benar-benar berpikir? Seberapa dari kita yang benar-benar mengalokasikan pikiran kita ditempat yang benar? Ataukah kita tidak berpikir sama sekali? Ataukah lebih parah lagi, kita berkata bahwa kita berpikir tetapi sebenarnya sama sekali tidak?

Teman-teman, apakah saat ini kita sedang menjalankan visi itu? Ataukah persekutuan yang tanpa arah yang sebenarnya kita jalankan? CF didemote dari tier 2 ke tier 3 ECA karena ”Tidak mempunyai impact terhadap kehidupan kampus” dan “Kegiatannya hanya bersifat internal”. Are we doing what Christ-like leaders do? Or are we using “menumbuhkembangkan pemimpin-pemimpin yang..” untuk bersembunyi di persekutuan dan KTB-KTB kita, ‘mengembangkan’ diri tetapi menghindar dari kewajiban misi kita?

Apakah kita sedang menjalani visi itu, ataukah kita sedang berbohong pada diri kita sendiri bahwa kita sedang menjalankan visi itu, padahal kita hanya berkutat pada kegiatan-kegiatan yang comfortable bagi kita? Bahkan saat kita sudah lulus, apakah kita udah benar-benar menjadi perwujudan visi itu? Ataukah kita malah hilang dimakan dunia?...

Mungkin... Mungkin.. Sepuluh adalah saat yang tepat untuk berefleksi.

Mengingat sepuluh, menjalani sepuluh dan memandang sepuluh


Kita sudah mengingat sepuluh tahun yang lalu, dan memikirkan sepuluh yang sedang kita pijak sekarang. Saatnya kita menjalani sepuluh yang sedang kita pijak dan memandang sepuluh yang akan datang. We need to reflect about this vision, this fellowship, and our life. We need to act, move accordingly, work with perseverance, and prepare hearts to do sacrifices to pursue that vision. Jika kita melihat ada yang harus dibenahi, bicaralah dan benahilah. Jika kita melihat bahwa visi itu tidak lagi dijalankan dengan semestinya, perbaikilah. Don’t take it for granted, be dynamic.

However, we must not forget to pray for guidance. We must pray before, when, and after we take actions and ask God to work in our life. After all, this is His vision, which means that He is the primary player, and we are here to do His will.

Teman-teman, sepuluh tahun sudah berjalan dan sekarang kita akan memperingatinya. Personally, saya bersyukur sepuluh tahun yang lalu Tuhan menempatkan kerinduan di hati orang-orang yang dipanggilnya. I will be a very different person from what I am now if not because of ISCF. That is one of the reasons why I think that ISCF is needed in student ministry. Student reaching students are ideal in university, and I’m looking forward to the next ten years of ISCF.

But for now, I just want to say.. Happy 10th Anniversary to you dear ISCF, and praise the Lord for His faithfulness in student ministry. Amen.

0 comments:

Forewords

There was a time when I lost my desire to write and to share. There was a time when I didn't see the point of doing a blog to express my thought. I am who I am though, inconsistent as I am in doing this blog, but I do want to share and I do long to write. Today I'm giving it another go. Fingers crossed. But I still wish that "Let there be light" is the message that I convey.
  • January 1st 2012, Kristo