This is a reflection that I prepared for a Prayer Meeting of ISCF tonight.. hope that no one check my blog before this night so that they don't get a spoiler haha...
Preface
Satu tahun pelayanan udah kita lewati dan kita sekarang sedang mencari orang-orang yang akan memegang roda pelayanan ini di tahun yang akan datang. Even as I speak, ada dari teman-teman yang sedang atau sudah menggumulkan untuk menjadi seorang exco, ataupun maincom club, ataupun subcomm. Saya mengajak teman-teman sekalian untuk memikirkan apapun pelayanan dan aktivitas yang sedang teman-teman pikirkan untuk ambil di tahun depan dengan sungguh-sungguh, dan menemukan kehendak Tuhan.
Renungan hari ini akan membahas tentang pelayanan, kenapa kita melayani, apa yang membuat kita harus melayani. Bagaimana menemukannya dan apa yang harus kita lakukan.
Kita harus melayani
Tuhan Yesus sendiri melayani. Kita sedang berusaha untuk mencapai “Christ-likeness” jadi kenapa kita menghindari pelayanan? Ingatkah saat Tuhan Yesus selesai membasuh kaki murid-murid-Nya Ia berkata:
Yohanes 13:14
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pin wajib saling membasuh kakimu”
Rasul Paulus berkata di suratnya kepada jemaat di Filipi tentang pandangannya terhadap hidup dan pelayanan, ini adalah ayat hapalan kita di KTB, yang mungkin teman-teman semua sudah hapal:
Filipi 1:21-22
“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu”
Jadi apabila kita hidup, berarti Tuhan menginginkan kita untuk melakukan sesuatu, memberikan buah, mempersembahkan hidup kita untuk Kristus, bukan tanpa tujuan. Pelayanan adalah hal yang seharusnya terintegrasi dalam kehidupan kita
Segala hal yang kita kerjakan adalah pelayanan
Ironisnya terkadang-kadang kita memisah-misahkan aktivitas kita berdasarkan ‘religius’ dan ‘sekuleritas’-nya. Saat kita mendengar kata ‘pelayanan’ yang kita baayangkan adalah menjadi pengurus persekutuan mahasiswa, jadi pendeta, pergi mission trip, guru sekolah minggu, liturgis, usher, pemusik, dll.
Sebaliknya saat kita melihat teman-teman yang aktif di tempat-tempat yang ‘bukan Kristen’ dan minim keikutsertaan dalam gereja/persekutuan sebagai orang-orang yang tidak melakukan pelayanan. Hati-hati teman. Keikutsertaan dan bersekutu mungkin memang kurang, dan tentu saja kita harus dukung mereka supaya bisa terus bertumbuh di gereja dan persekutuan. Tetapi bukan berarti mereka tidak melayani dalam misi Allah secara utuh.
Kolose 3:17
“Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada, Allah Bapa kita”
Kolose 3:23
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”
Saat kita mempersembahkan segala yang kita lakukan untuk kemuliaan Allah, bukankah itu adalah pelayanan? Kita memenuhi mandat budaya dari the Great Commission, dan itu adalah pelayanan terhadap orang-orang disekitar kita. Jadi apa gunanya kita membagi-bagi tadi? Kalau memang dia dipanggil untuk berkarya di tempat yang ‘sekuler’ bukankah seharusnya kita malah mendoakan mereka?
Tetapi bukan berarti kalau mereka bekerja di tempat yang bukan ‘religius’ mereka langsung melayani. Kalau hati yang mendasari keputusan untuk berkarya disana bukanlah untuk melayani, maka itu bukanlah pelayanan. Sama halnya dengan orang-orang yang ‘melayani’ di tempat2 ‘Kristiani’. It’s not a matter of where, but how your heart sees it, the underlying motivation.
Pelayanan apa yang harus kita ambil
Efesus 2:10
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”
Ingat ayat ini? Harusnya teman-teman sudah hapal luar kepala, kalau belum, hapalkan. You will be amazed to know how powerful Ephesians 2:8-10 is. Well, that’s out of the topic. Ayat ini mengatakan bahwa Tuhan sudah mempersiapkan suatu pekerjaan baik untuk kita lakukan. Dia mau supaya kita hidup di dalam pekerjaan baik itu. Tuhan sudah memberikan dan menanamkan kerinduan dan panggilan untuk melayani itu di dalam diri setiap dari kita.
1 Petrus 4:10
“Layanilah seorang akan yang lain sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah”
Karunia yang kita punya juga adalah hal yang Allah persiapkan untuk pelayanan kita di dunia ini. Bagaimanapun juga Allah selalu melengkapi orang-orang yang dipanggil-Nya. Karunia itu bukan harus berupa sebuah bakat. Karunia itu bisa juga berbentuk kerinduan, atau dorongan dari orang-orang disekitar kita, ataupun pengalaman hidup kita. Kita mengurus karunia itu (ingat perumpamaan talenta?) dengan menggunakannya untuk kemuliaan Allah.
Bagaimana menemukannya dan bagaimana bila tidak sesuai dengan diri kita
It comes down to the hard part. How can we find our calling?
Pray. That’s the basic one.
Berdoa minta pimpinan Tuhan dalam mencari panggilanNya dalam hidup teman-teman, lalu ambil saat tenang untuk memikirkan apa yang Tuhan inginkan teman-teman lakukan, berdasarkan apa yang teman-teman kenal terhadap diri teman-teman.
Selain konsiderasi pribadi, kita juga harus melihat, Tuhan memanggil apa sih dalam komunitas teman-teman, ‘gereja’ (secara umat, bukan denominational) Tuhan sedang dipanggil Tuhan untuk melakukan apa? Bagaimana teman-teman mendukung pekerjaan itu? Apa dampaknya terhadap Amanat Agung-Nya, dan apakah teman-teman mengerjakan itu?
Kita juga harus bisa peka terhadap kondisi di sekitar kita, kita harus bisa melihat kebutuhan orang-orang dan kerinduan Tuhan untuk menyelamatkan mereka.
It will not be an easy task, but we have to try to grasp, the works that God have prepare us to do.
And most of the time, we don’t like it. Tapi kita harus tetap mengerjakannya dengan hati yang penuh ucapan syukur. Panggilan Allah tidak selalu harus yang kita inginkan. It is never about us. It never was, never is and never will. It is always about Him, and His words, and His will. Dan saat-saat seperti inilah, teman-teman harus meninjau hati masing-masing, dan bersandar kepadaNya, meminta Dia untuk memberikan hati yang setia, hati yang seperti hamba, yang mau taat untuk menjalankan perintahNya.
Sikap yang benar dalam melayani
These passage talks by itself. It is never about us. It is about Him. Let us glorify the Lord.
Mazmur 127:1-2
“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah,
sia-sialah usaha orang yang membangunnya;
jikalau bukan TUHAN yang mengawal
sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi,
dan duduk-duduk sampai jauh malam,
dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah –
sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur”
1 Korintus 10:12
“Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya Ia jangan jatuh!”
0 comments:
Post a Comment